Hilman (37) menceritakan detik detik Tembok Penahan Tebingan (TPT) setinggi 8 meter dan lebar 4 meter itu ambruk menimpa rumahnya, di Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kejadian nahas itu menyebabkan istri dan ibunya meninggal dunia. Hilman melihat dengan mata kepalanya sendiri tembok itu ambruk menimpa rumahnya.
Di dalam rumah itu, ada istri, anak serta ibunya yang tewas dalam kejadian tersebut. Ia sudah berusaha sekuat tenaga menyelamatkan ketiga orang yang ia sayangi tersebut, namun gagal. Tak hanya itu, sang kakak yang rumahnya berdampingan dengan Hilman pun ikut tewas dalam insiden tersebut.
Kehilangan empat orang terdekat di hidupnya itu membuat Hilman mengingat hal aneh yang dialaminya beberapa saat sebelum kejadian. Saat itu, ia melihat gelagat sang istri dan ibunya yang tak biasa. Hilman pun tak menyangka kalau gelagat aneh itu rupanya jadi kenangan terakhirnya bersama orang yang dicintainya tersebut.
Saat kejadian, Hilman mengaku sedang membersihkan sampah yang menyumbat aliran air. Hilman pun menceritakan, sebelum membersihkan sampah tersebut, dirinya sempat melihat sang anak, Nafis (4) yang sedang berada di kamar. Sementara itu, istrinya, Eneng (24) dan ibunya, Uum (70) sedang membuat kue acara pernikahan saudara mereka.
Setelah itu, Hilman pun kemudian keluar rumah membersihkan sampah tersebut agar air tidak turun ke bawah. “Mungkin saat saya keluar mereka tidak tahu, lalu mereka mencari saya keluar dan berteriak memanggil saya,” ujar Hilman. Sesaat setelah mendengar teriakan dari istri dan anaknya tersebut, tiba tiba saja tembok setinggi 8 meter tersebut ambruk menimpa rumahnya itu.
Untuk menyelamatkan anak, istri dan sang ibu, Hilman pun berteriak sekuat tenaga minta tolong kepada warga. Namun sayang, ketiga anggota keluarganya itu tak bisa diselamatkan. “Mungkin ibu saya sedang mengendong anak saya untuk diselamatkan tapi tidak sempat dan tertahan oleh motor saya pas keluar, karena ditemukan berada di samping motor saya,” jelasnya.
Bukan hanya istri, anak dan ibunya saja, bahkan sang kakak, Duduh (43), yang rumahnya bersebelahan dengan Hilman pun ikut tewas tertimbun longsor. Ia bahkan sempat melihat sang kakak pulang kerja, masih mengenakan helm dan jas hujan. "Kakak saya itu belum sempat masuk ke dalam rumah, keburu tertimbun," jelasnya.
Sebelum kejadian Hilman pun merasakan hal aneh yang seolah jadi firasat. Firasat itu datang dari sikap sang istri dan ibunya yang tidak seperti biasanya. "Istri saya baik banget bahkan perhatian sekali sama saya, bahkan sikap ibu saya pun sama," tuturnya.
Ia juga mejelaskan, ini bukan kali pertama tebing tersebut longsor. “Tahun lalu sempat terjadi tapi tidak separah ini, bentengan pager itu ada tahap. Namun saat pemilik yang baru bentengnya cuma satu pagar dan tinggi dan tidak memilik pondasi,” lanjutnya. Saat proses membangun pun menurutnya ia tidak memberikan izin.
“Dikarenakan biasanya hujan deras pun tidak seperti ini, cuma kemarin saja merasa heran kok deras banget airnya,” tandasnya.